Sunday, 27 June 2010

Bulan Rojab

Bulan Rajab merupakan salah satu bulan Muharram yang artinya dimulyakan (Ada 4 bulan: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab). Puasa dalam bulan Rajab, sebagaimana dalam bulan-bulan mulya lainnya, hukumnya sunnah. Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah bersabda "Puasalah pada bulan-bulan haram(mulya)." (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah Riwayatnya al-Nasa'i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): "Usamah berkata pada Nabi saw, 'Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunat) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban.' Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'"

Menurut al-Syaukani (Naylul Authar, dalam bahasan puasa sunat) ungkapan Nabi "Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan kebanyakan orang" itu secara implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya.

Adapun hadis yang Anda sebut itu, kami juga tak menemukannya. Ada beberapa hadis lain yang menerangkan keutamaan bulan Rajab. Seperti berikut ini:

* "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu sorga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."
* Riwayat al-Thabrani dari Sa'id bin Rasyid: Barangsiapa puasa sehari di bulan Rajab maka laksana ia puasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka Jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu sorga, bila puasa 10 hari Allah akan mengabulkan semua permintaannya....."
* "Sesugguhnya di sorga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".
* Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi saw berkata: "Rajab itu bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku."

Hadis-hadis tersebut dha'if (kurang kuat) sebagaimana ditegaskan oleh Imam Suyuthi dalam kitab al-Haawi lil Fataawi.

Ibnu Hajar, dalam kitabnya "Tabyinun Ujb", menegaskan bahwa tidak ada hadis (baik sahih, hasan, maupun dha'if) yang menerangkan keutamaan puasa di bulan Rajab. Bahkan beliau meriwayatkan tindakan Sahabat Umar yang melarang menghususkan bulan Rajab dengan puasa.

Ditulis oleh al-Syaukani, dlm Nailul Authar, bahwa Ibnu Subki meriwayatkan dari Muhamad bin Manshur al-Sam'ani yang mengatakan bahwa tak ada hadis yang kuat yang menunjukkan kesunahan puasa Rajab secara khusus. Disebutkan juga bahwa Ibnu Umar memakruhkan puasa Rajab, sebagaimana Abu Bakar al-Tarthusi yang mengatakan bahwa puasa Rajab adalah makruh, karena tidak ada dalil yang kuat.

Namun demikian, sesuai pendapat al-Syaukani, bila semua hadis yang secara khusus menunjukkan keutamaan bulan Rajab dan disunahkan puasa di dalamnya kurang kuat dijadikan landasan, maka hadis-hadis yang umum (spt yang disebut pertamakali di atas) itu cukup menjadi hujah atau landasan. Di samping itu, karena juga tak ada dalil yang kuat yang memakruhkan puasa di bulan Rajab.

Saturday, 5 June 2010

MUTIARA CINTA

"...Pabila cinta memanggilmu... ikutilah dia walau jalannya berliku-liku...dan pabila sayapnya merangkummu... pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu.." (Kahlil Gibran)


"Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta... terus hidup... sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan..." (Kahlil Gibran)

Tuesday, 1 June 2010

Membumikan Pancasila

Hari lahirnya Pancasila 1 Juni 1945, perlu diperingati oleh bangsa Indonesia untuk menggugah kita kembali menyadari pentingnya dasar Negara Pancasila sebagai filosofi dan ideologi pemersatu bangsa dan Negara.
Ini tidak terlepas dari kondisi bangsa yang sejak era reformasi semakin jarang membahasa konsep Pancasila, baik dalam konteks ketatanegaraan, kebangsaan, kemasyarakatan, maupun akedemik. Meskipun pada pasca reformasi dari pemerintahan BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan kini Susilo Bambang Yudoyono, Pancasila tetap menjadi dasar dan ideologi  Negara, hal itu sebatas pernyataan konstitusi.
Karena Pancasila ada dalam konstitusi (UUD 1945), maka berdasarkan stufenbauder rechtstherie (teori pertingkatan hukum) Hans Kelsen, Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar). Grundnorm adalah kaidah tertinggi, fundamental dan menjadi inti (kern) setiap tatanan hukum dan Negara.

Pancasila Sebagai Gayaa Hidup


Semestinya bukan hanya saat dihadapkan pada tekanan sektarian kita ingat Pancasila. Semestinya setiap saat kita ingat Pancasila. Mengapa demikian ? karena kita menghayati seiring kita memperingati hari lahir Pancasila 1 Juni. Tatkala bungkarno mencetuskan konsep Pancasila, kita yakin itu bukan semata produk perenungan. Apa yang kemudian disampaikan oleh bungkarno adalah rekonstruksi atas apa yang hidup di masyarakat. Nusantara. Kita juga yakin para bapak pendiri republik selain Bung Karno mengamati dan meyakini realitas tersebut.
Sosiolog Ignas Kleden menjelaskan,  Pancasila oleh Bungkarno dikonsep tidak hanya sebagai dasar Negara, tetapi sekaligus juga sebagai pandangan akan dunia (weltanschauung). Adapun weltanschauung menurut Filusuf Jerman Karl Jaspers adalah filsafat yang efektif atau wirkendi philosophie yang sanggup member harapan, kepercayaan dan membangun komitmen.
Bahwa Negara kesatuan RI masih tegak berdiri hingga hari ini, pastilah harapan dan kepercayaan yang dibangun atas dasar Pancasila sudah mewujud. Namun, masih ada retorika Bung Karno (diringkas oleh Ignas Kleden) yang kiranya masih actual dan relevan untuk hari ini, yaitu “apakah mungkin tercapai sebuah dasar tempat semua orang dapat berdiri bersama secara politik di atas suatu platform Nasional ?’
Sekali lagi, dalam konteks berdirinya Negara Indonesia, pertanyaan itu terjawab. Namun, kita ingin melihat sila-sila Pancasila beroperasi dalam kehidupan berbangsa sehari-hari. Seberapa jauh kita mengamalkannya.
Misalnya saja, sudah beberapa jauhkan pencapaian kita dalam mewujudkan keadilan sosial setelah 65 tahun merdeka ? kita memang kini telah berdemokrasi, tetapi selaraskah demokrasi yang kita praktekkan dengan apa yang diamanatkan oleh Sila Keempat ?
 

ARLENK Copyright © 2009 Community is Designed by Bie