Semestinya bukan hanya saat dihadapkan pada tekanan sektarian kita ingat Pancasila. Semestinya setiap saat kita ingat Pancasila. Mengapa demikian ? karena kita menghayati seiring kita memperingati hari lahir Pancasila 1 Juni. Tatkala bungkarno mencetuskan konsep Pancasila, kita yakin itu bukan semata produk perenungan. Apa yang kemudian disampaikan oleh bungkarno adalah rekonstruksi atas apa yang hidup di masyarakat. Nusantara. Kita juga yakin para bapak pendiri republik selain Bung Karno mengamati dan meyakini realitas tersebut.
Sosiolog Ignas Kleden menjelaskan, Pancasila oleh Bungkarno dikonsep tidak hanya sebagai dasar Negara, tetapi sekaligus juga sebagai pandangan akan dunia (weltanschauung). Adapun weltanschauung menurut Filusuf Jerman Karl Jaspers adalah filsafat yang efektif atau wirkendi philosophie yang sanggup member harapan, kepercayaan dan membangun komitmen.
Bahwa Negara kesatuan RI masih tegak berdiri hingga hari ini, pastilah harapan dan kepercayaan yang dibangun atas dasar Pancasila sudah mewujud. Namun, masih ada retorika Bung Karno (diringkas oleh Ignas Kleden) yang kiranya masih actual dan relevan untuk hari ini, yaitu “apakah mungkin tercapai sebuah dasar tempat semua orang dapat berdiri bersama secara politik di atas suatu platform Nasional ?’
Sekali lagi, dalam konteks berdirinya Negara Indonesia, pertanyaan itu terjawab. Namun, kita ingin melihat sila-sila Pancasila beroperasi dalam kehidupan berbangsa sehari-hari. Seberapa jauh kita mengamalkannya.
Misalnya saja, sudah beberapa jauhkan pencapaian kita dalam mewujudkan keadilan sosial setelah 65 tahun merdeka ? kita memang kini telah berdemokrasi, tetapi selaraskah demokrasi yang kita praktekkan dengan apa yang diamanatkan oleh Sila Keempat ?
0 comments:
Post a Comment